Ketimpangan Sosial dalam Era Digital
Digitalsaigroup.com – Di tengah kemajuan teknologi dan pesatnya transformasi digital, fenomena ketimpangan sosial semakin nyata. Akses terhadap teknologi informasi, internet, dan perangkat digital menjadi faktor krusial yang memengaruhi kesempatan ekonomi, pendidikan, dan kualitas hidup masyarakat. Ironisnya, kemajuan ini justru memperlebar jurang antara kelompok yang memiliki akses teknologi dengan mereka yang terpinggirkan.
Dampak Ketimpangan Digital
Seiring dengan penetrasi internet yang terus meningkat, sebagian masyarakat menikmati peluang pendidikan daring, pekerjaan fleksibel, dan bisnis online. Namun, di sisi lain, kelompok tanpa akses teknologi menghadapi keterbatasan informasi, jaringan kerja, dan kesempatan ekonomi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2025, sekitar 30% rumah tangga di Indonesia masih belum memiliki akses internet memadai, terutama di wilayah pedesaan dan daerah terpencil. Kondisi ini menyebabkan ketertinggalan generasi muda dalam memanfaatkan platform pembelajaran digital, informasi peluang kerja, hingga usaha berbasis online.
“Teknologi seharusnya menjadi pengungkit kesetaraan, tapi realitanya banyak masyarakat yang tertinggal akibat keterbatasan perangkat dan koneksi,” kata Dr. Rina Handayani, pakar sosiologi dari Universitas Indonesia.
Kesenjangan Ekonomi dan Pendidikan
Ketimpangan sosial di era digital berdampak signifikan pada kesenjangan ekonomi. Pelaku usaha yang memiliki akses digital mampu memperluas pasar, mengoptimalkan e-commerce, dan mengembangkan bisnis kreatif. Sementara UMKM di daerah terpencil sering kali kesulitan menjangkau pasar lebih luas karena keterbatasan literasi digital dan sarana teknologi.
Di bidang pendidikan, sekolah yang memiliki fasilitas digital lengkap dapat menerapkan pembelajaran hybrid secara efektif, sedangkan sekolah di daerah kurang berkembang terhambat. Hal ini menciptakan jurang kemampuan akademik dan keterampilan digital antarwilayah. Generasi muda yang terbatas aksesnya pada teknologi berpotensi tertinggal dalam persaingan global.
Inisiatif untuk Mengurangi Ketimpangan
Pemerintah dan sektor swasta telah meluncurkan berbagai program inklusi digital untuk mengurangi ketimpangan. Contohnya, Program Internet Desa 2025 menyediakan konektivitas broadband di lebih dari 2.000 desa, sementara beberapa perusahaan teknologi membuka pelatihan literasi digital gratis bagi masyarakat kurang mampu.
Namun, pakar menekankan bahwa program ini harus terintegrasi dan berkelanjutan. “Inklusi digital bukan hanya soal jaringan internet, tapi juga kemampuan memanfaatkan teknologi untuk pendidikan, ekonomi, dan kesehatan,” ujar Dr. Handayani.
Selain pemerintah, sektor swasta dan startup juga berperan penting. Beberapa platform edtech menyediakan kursus gratis atau berbiaya terjangkau untuk masyarakat, sedangkan marketplace lokal membantu UMKM mengakses pasar nasional maupun internasional.
Tantangan Lain di Era Digital
Selain akses, tantangan lain muncul dalam bentuk literasi digital dan keamanan data. Masyarakat yang kurang paham teknologi berisiko menjadi korban penipuan daring, penyalahgunaan data, hingga kesenjangan informasi. Hal ini semakin memperkuat ketimpangan sosial antara kelompok yang melek digital dan yang tidak.
Analis sosial dari Lembaga Kajian Digital Indonesia, Agus Firmansyah, menekankan, “Era digital memberikan peluang besar, tetapi tanpa edukasi yang merata, ketimpangan sosial justru semakin melebar.”
Ketimpangan sosial di era digital merupakan fenomena nyata yang memengaruhi akses pendidikan, kesempatan ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat. Akses teknologi dan informasi menjadi kunci bagi individu maupun komunitas untuk bersaing di dunia modern.
Upaya pemerintah, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil untuk memperluas literasi digital, konektivitas, dan inklusi teknologi menjadi sangat penting. Jika tidak diatasi, jurang kesenjangan digital dapat memperburuk ketimpangan sosial, membatasi peluang generasi muda, dan melemahkan daya saing bangsa.